Senja News – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir sebesar 1,67% ke angka 7.036,08 pada hari Jumat (26/4). Selama satu minggu, IHSG mengalami koreksi sebesar 0,72%.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menyoroti bahwa selama pekan ini IHSG dipengaruhi oleh sentimen inflasi serta data ketenagakerjaan Amerika yang mengganggu potensi penurunan tingkat suku bunga global. Selain itu, ketegangan geopolitik juga turut mempengaruhi pasar. Di pekan mendatang, pelaku pasar dan investor menantikan hasil pertemuan The Fed. “Pertemuan ini akan menentukan arah kebijakan The Fed ke depannya,” ujarnya kepada Kontan pada Jumat (26/4).
Pekan depan, juga akan ada sejumlah data yang dirilis baik dari dalam negeri, regional, maupun global. Dari dalam negeri, akan ada Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufacturing dan data inflasi yang diproyeksikan naik secara year on year (YoY).
Di tingkat regional, China akan merilis data PMI manufaktur yang diproyeksikan menurun. Sementara itu, Jepang akan mengeluarkan data, seperti Job to Applicant Ratio yang diproyeksikan menurun, penjualan ritel yang diproyeksikan turun secara YoY, dan produksi industri yang juga diproyeksikan turun secara YoY. Dari Amerika Serikat (AS), akan ada data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS), serta pertemuan The Fed pada Kamis (2/5).
Alrich Paskalis Tambolang, Analis Riset Saham Phintraco Sekuritas, menyatakan bahwa pergerakan IHSG selama seminggu ini sejalan dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal I-2024 yang tidak sesuai ekspektasi pasar. Dia juga menyoroti beberapa data yang akan menjadi sentimen IHSG untuk pekan depan.
Dari sisi regional, ada data National Bureau of Statistics (NBS) Manufacturing PMI China bulan April yang akan dirilis pada Selasa (30/4). Data ini diharapkan dapat melanjutkan pertumbuhan setelah mengalami peningkatan yang signifikan dalam enam bulan terakhir menjadi 50,8 pada Februari 2024.
“Saat ini, pemerintah Tiongkok sedang mendorong pertumbuhan ekonominya,” ungkap Alrich kepada Kontan pada Jumat (26/4). Pada hari yang sama, akan ada rilis Caixin Manufacturing PMI yang diharapkan dapat melanjutkan pertumbuhan aktivitas pabrik selama lima bulan berturut-turut. Pertumbuhan ini sejalan dengan tingginya pesanan baru baik dari dalam maupun luar negeri serta peningkatan aktivitas manufaktur dalam negeri.
Dari dalam negeri, akan ada rilis data pertumbuhan Foreign Direct Investment (FDI) kuartal I-2024 pada Senin (29/4). Pada kuartal IV-2023, pertumbuhan FDI Indonesia naik tipis sebesar 5,3% YoY, sementara tiga kuartal sebelumnya mengalami pertumbuhan dua digit secara YoY.
“Pertumbuhan FDI di kuartal I-2024 diharapkan tetap positif meskipun ada risiko ketidakpastian dari Pemilu 2024,” jelas Alrich. Selain itu, akan ada rilis data inflasi bulan April pada Kamis (2/5) yang berpotensi terus meningkat seiring dengan momentum Idul Fitri. Pada Maret 2024, inflasi mencapai 3,05% YoY atau mencapai level tertinggi sejak Agustus 2023.
Alrich menyarankan investor untuk memperhatikan sejumlah saham untuk perdagangan pekan depan, termasuk saham ANTM, CPIN, ICBP, INCO, KLBF, MYOR, dan TLKM.