Senja News – Harga emas dunia mengakhiri perdagangan pada Jumat (3/5/2024) dengan pelemahan dan ambruk dalam satu minggu. Penurunan ini menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar akan berlanjutnya penurunan seiring dengan rilis data penting Amerika Serikat (AS) minggu depan.
Berdasarkan data Refinitiv, pada perdagangan Jumat (3/5/2024), harga emas berakhir di US$2.302,52 per troy ons, mengalami pelemahan tipis sebesar 0,03%. Koreksi ini menandai penurunan dalam dua hari perdagangan berturut-turut. Dalam satu minggu, harga emas mengalami koreksi sebesar 1,37%.
Penurunan ini terjadi karena pelaku pasar menantikan rilis data penting AS minggu depan. Direktur Pelaksana SPI Asset Management, Stephen Innes, menyatakan bahwa data ekonomi AS kemungkinan akan menjadi pendorong utama permintaan emas karena tidak adanya risiko geopolitik.
“Oleh karena itu, kita dapat mengantisipasi perdagangan emas dalam kisaran yang luas dan berpotensi bergejolak pada pekan depan, dengan tingkat yang diperkirakan akan berfluktuasi antara US$2.275 dan US$2.245 per troy ounce, tergantung pada hasil rilis data ekonomi AS,” ujarnya kepada Bernama.
Innes menambahkan bahwa harga emas baru-baru ini mengalami penurunan, terutama karena meredanya ketegangan geopolitik akibat kemajuan dalam perundingan damai di Timur Tengah. Selain itu, terjadi penurunan permintaan dari Asia karena penguatan mata uang lokal di tengah sentimen risiko positif yang didorong oleh perbaikan lanskap perekonomian, khususnya di Tiongkok.
“Sikap yang tidak terlalu hawkish dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) juga telah memperkuat nilai tukar mata uang asing Asia, termasuk mata uang lokal, sehingga mengurangi kekhawatiran akan krisis mata uang,” tambahnya.
Selama pekan ini, volume emas berjangka di pasar lokal mengalami penurunan menjadi 51 lot dari 68 lot minggu sebelumnya, sementara open interest meningkat menjadi 22 kontrak dari 17 kontrak pada minggu sebelumnya.