Senja News – DPR Mencurigai Ada ‘Mafia Besar’ di Balik Kasus Korupsi Timah di PT Timah Tbk, Robert Bonosusatya Disebut sebagai Tersangka Utama
Mufti Aimah Nurul Anam, anggota Komisi VI DPR, menegaskan adanya dugaan ‘mafia besar’ yang terlibat dalam kasus korupsi tata niaga timah di PT Timah Tbk (TINS).
Salah satu nama yang disebut adalah pengusaha Robert Bonosusatya (RBS),
yang diduga terlibat dalam skandal tambang timah yang mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp271 triliun.
“Pada kami ada seorang mafia besar yaitu kami dapat informasinya itu Robert Bonosusatya,”
ungkap Mufti dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Menteri Investasi / Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, pada Senin (1/4/2024).
Sementara itu, RBS telah diperiksa sebagai saksi oleh penyidik Kejaksaan Agung (Kejagung) terkait kasus dugaan korupsi tata niaga timah di PT Timah tahun 2015-2022.
Setelah menjalani pemeriksaan selama 13 jam, RBS hanya menyatakan bahwa dia telah menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan oleh penyidik.
“Sebagai warga negara yang baik, saya sudah melakukan kewajiban, mentaati peraturan yang ada, saya sudah diperiksa,” ujarnya
kepada wartawan di Kejaksaan Agung, seperti dilansir oleh CNN Indonesia, pada Selasa (2/4/2024).
RBS enggan memberikan komentar lebih lanjut terkait dugaan keterlibatan dengan PT Refined Bangka Tin (RBT),
perusahaan yang pernah dipimpin oleh Robert dan menjadi mitra utama PT Timah.
Koordinator MAKI, Boyamin Saiman, menduga bahwa peran Robert adalah meminta tersangka yang kaya raya,
Helena Lim dan Harvey Moeis, untuk memanipulasi uang hasil korupsi dengan modus Corporate Social Responsibility (CSR).
Boyamin juga menduga bahwa RBS mendirikan dan mendanai perusahaan-perusahaan yang digunakan sebagai alat untuk melakukan korupsi tambang timah.
Dia meyakini bahwa RBS merupakan pihak yang menerima manfaat atau keuntungan dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam penambangan timah.
Namun, Robert membantah tudingan tersebut dan mengaku tidak memiliki jet pribadi seperti yang disebutkan dalam laporan.
Meskipun mengakui bahwa dia kenal dengan Hendra, dia menegaskan bahwa dia tidak memiliki jet pribadi.
“Dalam catatan IPW, dia adalah Ketua Konsorsium Judi Online Indonesia yang bermarkas di Jalan Gunawarman, Jakarta Selatan,
yang hanya berjarak 200 meter dari Mabes Polri,” ujarnya dalam keterangan tertulis, seperti yang dilansir oleh CNN Indonesia, pada Selasa (2/4/2024).
Meski demikian, Robert tidak menampik bahwa dia mengenal Hendra, meskipun sudah lama tidak berkomunikasi dengannya.
“Hendra kenal dari zaman dahulu. Sudah lama sekali saya kontak dia sejak 5 atau 6 tahun. Waktu itu dia masih AKBP,” ujarnya.
Nama Robert juga pernah disebut dalam dokumen hasil pemeriksaan Bareskrim Polri pada periode Mei hingga Juni 2010,
yang mengusut transaksi mencurigakan sebesar Rp57 miliar di rekening Komjen Budi Gunawan, yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Menurut dokumen tersebut, Robert disebut sebagai penjamin kredit yang diberikan kepada putra Budi, Muhammad Herviano Widyatama, pada 6 Juli 2005.