Senja News – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memberikan tanggapan terhadap usulan dari Muhammadiyah yang ingin menghapuskan sidang isbat. Menurut PBNU, sidang isbat adalah bagian dari rutinitas yang diadakan oleh pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) dan tetap diperlukan.
“Pertama, sidang isbat sudah menjadi ketentuan pemerintah. Untuk menghapus itu butuh waktu panjang,” ujar Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya, dalam konferensi pers di Gedung PBNU, Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (9/4/2024).
Gus Yahya menilai bahwa kemungkinan sidang isbat dihapuskan sangat kecil, dan jika hal tersebut terjadi, PBNU akan melakukan protes kepada Kemenag. Menurutnya, sidang isbat memiliki peran penting dalam menjaga harmoni masyarakat.
“Kalau Kemenag meniadakan mungkin kami protes juga karena tiba-tiba. Sidang isbat ini diadakan agar harmoni masyarakat terjaga,” tutur Gus Yahya.
Meskipun heran dengan usulan Muhammadiyah, Gus Yahya tetap menyatakan bahwa NU akan mengikuti pemerintah dalam menentukan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah. Menurutnya, hal tersebut sesuai dengan aturan yang melarang pengumuman waktu yang berbeda dari pemerintah.
“Tapi kami tetap berpegangan awal Ramadan menyandarkan diri kepada pemerintah. Karena ada aturan jangan mengumumkan waktu yang berbeda dari pemerintah, jadi kami menunggu hasil pemerintah,” tegas Gus Yahya.
Sementara itu, NU memprediksi bahwa 1 Ramadan 1445 H kemungkinan jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024. Prediksi ini mengacu pada hasil hisab posisi hilal tanggal 29 Syaban dengan kriteria acuan imkanur rukyat hasil kesepakatan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS). Penetapan pasti masih menunggu hasil pengamatan hilal sesuai sidang isbat Kemenag pada 10 Maret 2024.