Senja News – Pasca-serangan ke pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Yordania, yang menimbulkan ketegangan di Timur Tengah, China dan Rusia memberikan tanggapan resmi. Serangan tersebut menewaskan tiga tentara AS dan melukai puluhan lainnya. Presiden AS Joe Biden menuduh Iran sebagai pelaku, meskipun Tehran membantah tuduhan tersebut.
China, melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, menyatakan keprihatinan atas situasi yang semakin kompleks dan sensitif di Timur Tengah. Pemerintah Presiden Xi Jinping mengimbau semua pihak untuk tetap tenang dan menahan diri, mengingat bahwa pembalasan dapat memperluas konflik dan meningkatkan ketegangan regional.
“Situasi di Timur Tengah saat ini sangat kompleks dan sensitif. Kami berharap semua pihak terkait tetap tenang dan menahan diri… untuk menghindari lingkaran setan pembalasan dan mencegah eskalasi ketegangan regional lebih lanjut,” kata Wang Wenbin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China.
Rusia, melalui juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, juga mengekspresikan kekhawatiran dan mendesak penurunan ketegangan di Timur Tengah. Peskov menyatakan bahwa langkah-langkah meredakan konflik saat ini sangat penting untuk mencegah penyebaran konflik lebih lanjut dan mencapai de-eskalasi.
“Dalam pandangan kami, tingkat ketegangan secara keseluruhan sangat mengkhawatirkan. Sekarang adalah waktu untuk mengambil langkah-langkah untuk meredakan ketegangan. Ini adalah satu-satunya hal yang dapat membantu kita mencegah penyebaran konflik lebih lanjut, khususnya konflik Timur Tengah, dan mencapai de-konflik dan de-eskalasi,” tegas Peskov.
Joe Biden, Presiden AS, menggambarkan serangan drone ke pangkalan militer AS di Tower 22 sebagai “hari berat” bagi negaranya. Meskipun masih mengumpulkan fakta-fakta, Biden menuduh kelompok militan radikal yang didukung Iran sebagai pelaku. Iran dan Inggris menolak tuduhan tersebut.
Tension continues to rise in the Middle East, with conflicts not only between the US and Iran but also involving Israel, Hamas, and Houthi missile attacks affecting global trade routes. The international community watches closely as geopolitical dynamics unfold in this volatile region.
Baca juga: Kesulitan Transportasi bagi Relawan: TPN Ganjar-Mahfud dan Kubu Anies-Muhaimin Serentak Alami