Senja News –Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, memutuskan untuk memindahkan dana Palestina sebesar USD35 juta (Rp575 miliar) kepada keluarga Israel yang kerabatnya tewas dalam serangan Palestina. Keputusan ini mendapat kecaman, termasuk dari Amerika Serikat yang menganggap kebijakan tersebut tidak tepat.
Badan keamanan dalam negeri Israel, Shin Bet, memperingatkan bahwa kebijakan pemerintah Israel terhadap Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat dapat menyebabkan keruntuhannya. Bulan lalu, PA hanya mampu membayar 50 persen gaji pegawai negeri setelah Israel menahan pendapatan pajak yang dikumpulkan atas nama PA, yang merupakan sumber pendapatan utama bagi mereka.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mendesak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk mencairkan pendapatan pajak Palestina, khawatir bahwa jika pendapatan pajak tidak segera ditransfer, Otoritas Palestina bisa runtuh. Pejabat AS juga mengingatkan bahwa krisis ekonomi bisa memicu eskalasi di Tepi Barat, perang di Gaza, dan ketegangan dengan Hizbullah di Lebanon.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Matthew Miller, menyebut keputusan Smotrich sebagai “sangat keliru” dan menegaskan bahwa dana tersebut milik rakyat Palestina. Ia menambahkan bahwa tindakan Smotrich dapat mengganggu stabilitas Tepi Barat dan membahayakan keamanan Israel.
Berdasarkan perjanjian yang sudah berlangsung lama, Israel memungut bea cukai dan pajak impor atas nama Otoritas Palestina, yang menjadi sebagian besar anggaran Palestina, terutama karena bantuan internasional telah menurun.