Senja News – Singapore Airlines (SIA) telah melakukan perubahan pada aturan sabuk pengaman dan setidaknya satu rute penerbangan setelah insiden turbulensi ekstrim yang menyebabkan seorang penumpang meninggal dan puluhan lainnya harus dirawat di rumah sakit. Seorang pria Inggris berusia 73 tahun meninggal dunia akibat dugaan serangan jantung, dan puluhan penumpang lainnya terluka pada Selasa (23/5/2024).
Pada saat itu, penerbangan dari London menuju Singapura mengalami turbulensi parah yang memaksa pesawat melakukan pendaratan darurat di Bangkok. Menyusul insiden tersebut, maskapai penerbangan ini telah mengadopsi pendekatan yang lebih berhati-hati dalam menangani turbulensi selama penerbangan. Menurut laporan Al Jazeera, di bawah kebijakan yang baru, layanan makanan tidak akan diberikan saat tanda sabuk pengaman menyala. Selain itu, awak kabin akan mengamankan semua barang dan peralatan yang tidak terpasang selama kondisi cuaca buruk dan terus menyarankan penumpang untuk kembali ke tempat duduk dan mengencangkan sabuk pengaman.
“Pilot dan awak kabin sadar akan bahaya yang terkait dengan turbulensi. Mereka juga dilatih untuk membantu pelanggan dan memastikan keamanan kabin selama penerbangan,” ujar juru bicara SIA. “SIA akan terus meninjau proses kami karena keselamatan penumpang dan kru kami adalah prioritas utama,” tambahnya. SIA juga telah menghindari terbang di atas wilayah Myanmar, di mana turbulensi terjadi, saat melakukan perjalanan antara London dan Singapura, dan memilih untuk terbang di atas Teluk Benggala sebagai gantinya, menurut data rute di situs pelacakan penerbangan Flightradar24.
Dalam insiden hari Selasa tersebut, penumpang terlempar ke langit-langit pesawat dan barang-barang pribadi serta makanan berhamburan di sekitar kabin.