Senja News – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) telah memberikan tanggapannya terhadap penutupan pabrik sepatu Bata di Purwakarta, Jawa Barat, yang menyebabkan 233 karyawan di-PHK. Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyatakan bahwa kondisi tersebut dipengaruhi oleh penurunan permintaan pasar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
“Penutupan ini berkaitan dengan kenaikan biaya yang terus meningkat, dan pada akhirnya, perusahaan seperti Bata, meskipun sudah beroperasi lama di Indonesia, harus mempertimbangkan apakah masih layak untuk diteruskan sebagai bisnis,” ujar Shinta, ketika ditemui di Kantor DPN Apindo, Jakarta Selatan, pada Rabu (8/5/2024).
“Melihat kondisi saat ini, dengan daya saing dan faktor-faktor lain yang ada, mereka dianggap tidak mampu untuk melanjutkan operasinya,” tambahnya.
Shinta menekankan bahwa situasi yang terjadi di Bata, serta di industri padat karya lainnya, harus menjadi perhatian semua pihak. Terlebih lagi, terjadi peralihan investasi dari sektor padat karya ke sektor padat modal, yang mengakibatkan kesulitan bagi sektor padat karya.
“Evaluasi dan penyesuaian dengan kondisi saat ini sudah dilakukan oleh industri seperti Bata. Kondisi yang semakin memburuk membuat mereka sulit untuk bertahan,” jelasnya.
Selain itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Purwakarta, Didi Garnadi, menyatakan bahwa 233 karyawan mengalami PHK akibat penutupan pabrik Bata.
“Pada awal Mei 2024, kami menerima laporan mengenai PHK karena penutupan perusahaan,” katanya seperti dilansir dari Antara, pada Selasa (7/5/2024).
Didi menjelaskan bahwa proses PHK akan dilakukan secara bertahap, dan perusahaan telah berjanji untuk memenuhi semua kewajibannya, termasuk pembayaran gaji dan pesangon bagi para karyawan yang terkena dampak.
“Perusahaan telah berkomitmen untuk memenuhi semua hak karyawan yang di-PHK sesuai dengan peraturan yang berlaku,” tambahnya.