Senja News – Beberapa negara tetangga sedang berjuang melawan gelombang panas yang mengancam.
Misalnya, Thailand melaporkan kematian akibat heatstroke yang meningkat, sementara Bangkok menghadapi peringatan panas ekstrem dengan suhu yang diproyeksikan mencapai di atas 52 derajat Celsius.
Filipina dan Vietnam juga tidak luput dari dampak serius, dengan suhu mencapai 38,8 derajat Celsius di Manila dan antara 40,2 hingga 44 derajat Celsius di Vietnam.
Bagaimana dengan Indonesia? Meskipun suhu panas teramati di beberapa wilayah, BMKG menyatakan bahwa ini lebih disebabkan oleh cuaca panas terik daripada gelombang panas.
Menurut BMKG, fenomena ini diprediksi terjadi karena posisi semu matahari yang dekat dengan khatulistiwa, menyebabkan suhu udara relatif tinggi di beberapa wilayah saat siang hari.
Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, kenaikan suhu panas di Indonesia adalah fenomena cuaca panas terik, bukan gelombang panas.
Guswanto menjelaskan bahwa syarat untuk gelombang panas adalah suhu rata-rata naik 5 derajat Celsius dan terjadi selama lima hari berturut-turut.
Hal ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti Eropa, Amerika, dan sebagian Asia.
Meskipun demikian, BMKG telah merilis informasi mengenai prediksi awal musim kemarau periode tahun 2024 di Indonesia.
Mayoritas wilayah di Indonesia diperkirakan akan memasuki awal musim kemarau dari bulan Mei hingga Agustus 2024.
Dengan demikian, meskipun suhu meningkat, Indonesia diprediksi akan mengalami musim kemarau yang biasa saja, tidak seburuk negara-negara tetangga yang sedang dilanda gelombang panas parah.