34.3 C
Jakarta
8 Oktober 2024
Senja News
InternasionalPolitik

Gerakan Mahasiswa AS Menentang Serangan Israel di Gaza: Polisi Masuk Kampus

Senja News – Gelombang protes mahasiswa menentang kekejaman terhadap rakyat di merebak di sejumlah terkemuka di Amerika Serikat (AS)

Peristiwa ini dipicu oleh tindakan represif aparat kepolisian terhadap para mahasiswa yang melakukan protes di Columbia nyaris dua pekan yang lalu.

Pada Rabu dini hari 17 April 2024, sekelompok mahasiswa mendirikan tenda di Universitas Columbia untuk menyuarakan protes terhadap aksi Israel di Gaza dan menyerukan agar kampus mereka mengakhiri segala bentuk kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang mendukung genosida di Gaza.

Pada saat yang sama, Presiden Universitas Columbia, Minouche Shafik, sedang menghadiri sidang di Capitol Hill untuk menjawab pertanyaan dari anggota dewan rakyat AS tentang antisemitisme di kampus dan langkah-langkah yang diambil untuk mengatasinya. Selama empat jam sesi tersebut berlangsung di Gedung Capitol, Shafik membela diri dan menyatakan bahwa para mahasiswa yang melakukan protes telah mengganggu dan mengintimidasi lingkungan kampus.

Dia menegaskan bahwa para mahasiswa sudah diberi peringatan bahwa pelanggaran terhadap kebijakan kampus akan berdampak pada konsekuensi.

Esok harinya, Shafik, sebagai Presiden Universitas Columbia, mengambil keputusan yang memicu gelombang protes di seluruh AS: memanggil aparat kepolisian NYPD untuk menghalau para demonstran mahasiswa dari kampus. Akibatnya, lebih dari 100 mahasiswa ditangkap.

Ini merupakan kali pertama penangkapan massal terjadi di Universitas Columbia sejak aksi protes lebih dari lima puluh tahun yang lalu.

“Kami semua terkejut,” kata Rashida Mustafa, seorang mahasiswa doktoral di Columbia. “Saya tidak percaya. Tapi ini seperti panggilan untuk bertindak.” Sehari berikutnya, kamp protes lain didirikan di lokasi yang berbeda di kampus.

Di Universitas Yale, institusi elite lainnya di Connecticut, AS, kamp protes juga didirikan. Dan dalam beberapa hari berikutnya, aksi dilakukan di puluhan kampus di seluruh AS.

“Melihat kekuatan militer yang dipanggil oleh Yale untuk masuk ke kampus benar-benar mengguncang,” ujar Chisato Kimura, seorang mahasiswa hukum di Universitas New Haven, Connecticut. “Kami berunjuk rasa dengan damai.”

Di Universitas di Austin, negara bagian bahkan menggunakan kuda untuk menghentikan aksi demonstrasi mahasiswa. Di Universitas Emory di Atlanta, seorang profesor bahkan ditangkap dengan cara kasar oleh polisi.

Bagi sebagian pengamat, gelombang protes mahasiswa ini mengingatkan pada aksi serupa pada tahun 1960-an, saat para mahasiswa protes terhadap keterlibatan AS dalam Perang Vietnam.

Marianne Hirsch, seorang profesor Columbia yang turut berpartisipasi dalam aksi protes pada tahun 1960-an, menyebut, “Situasi di Gaza serupa dengan Perang Vietnam seharusnya membuat AS menghentikan semua kegiatan bisnisnya seperti yang biasa dilakukan.”

Ahmad Hasan, seorang lulusan Universitas Carolina yang juga ikut dalam aksi protes, meyakini bahwa aksi para mahasiswa akan berdampak lebih luas terhadap perilaku dan kebijakan AS.

“Ini adalah peran sejati mahasiswa: mengatakan kepada orang-orang bahwa perang Israel di Gaza ini tidak benar,” katanya, “bahwa kami tidak mendukungnya.”

Baca juga

Rekomendasi

Sudah Lansia, Jaksa Ringankan Tuntutan SYL

vina

Fans Sepakbola China Menyerah Duluan di Kualifikasi Piala Dunia 2026?

vina

Copa America 2024: Uruguay Lawan Bolivia 5-0

vina

Moderator Debat Capres AS Tanya Akui Palestina, Ini Jawaban Trump

vina

Israel Peringatkan Hizbullah: Siap Timbulkan Kerusakan Besar

vina

Kominfo Harap 18 dari 282 Tenant Terdampak Ransomware Pulih Akhir Juni

vina
Memuat....