Senja News – Nawawi, seorang nelayan di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur,
mengungkapkan bahwa ia mengalami trauma melaut setelah gempa Tuban dengan magnitudo 5,9 dan 6,5 mengguncang wilayah tersebut.
Saat gempa terjadi pada Jumat (22/3/2024), Nawawi sedang berada di tengah lautan mencari ikan.
“Ikuti gempa, saya berada di laut, merasakan goyangan, untungnya tidak jatuh,” ungkap Nawawi, Selasa (26/3/2024), seperti yang dilansir dari Antara.
Nawawi mengakui bahwa ia masih merasa takut untuk melaut lagi setelah kejadian tersebut.
“Saya juga masih takut (melaut),” ujarnya.
Selain itu, Nawawi juga mengungkapkan bahwa rumahnya rusak akibat gempa tersebut.
Dia berharap bahwa gempa Tuban yang terjadi adalah yang terakhir bagi masyarakat setempat.
“Semoga ini yang terakhir, keluarga kami sangat ketakutan, kami bahkan masih belum berani tinggal di rumah,” tambah Nawawi.
Huda, seorang nelayan lainnya, juga mengalami trauma serupa.
“Kapal kami masih bersandar, masih takut, persediaan ikan di pasar juga sudah menipis, tapi kami tak punya pilihan lain, kami trauma,” katanya.
Penting untuk dicatat bahwa gempa beruntun tersebut mengguncang Tuban dan Bawean, Gresik, Jawa Timur, pada Jumat (22/3/2024). Gempa pertama dengan magnitudo 5,9 terjadi pada pukul 11.22 WIB,
diikuti oleh serangkaian gempa lainnya. Gempa kedua dengan magnitudo 6,5 terjadi pada pukul 15.51 WIB.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gempa tersebut bersifat merusak atau destruktif,
dan merupakan gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake.
Gempa ini dipicu oleh aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser atau mendatar (strike-slip) di Laut Jawa.