Senja News – Amerika Serikat menolak dengan tegas rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mencaplok Gaza, Palestina, setelah berakhirnya perang. John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, menyatakan bahwa AS secara konsisten memberikan pandangan jelas kepada Israel mengenai kebutuhan di Gaza pasca-perang.
Menurut Kirby, “Rakyat Palestina harus memiliki suara dan hak suara melalui revitalisasi Otoritas Palestina.” Dia menekankan bahwa AS tidak mendukung penyempitan Gaza dan tidak ingin melihat adanya pengungsian paksa warga Palestina dari Gaza.
Meskipun demikian, Kirby juga menegaskan bahwa AS tidak ingin melihat Hamas memerintah atau mendominasi Gaza. Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken juga mengungkapkan pandangan serupa, menentang “pendudukan kembali” Gaza setelah perang.
Osama Hamdan, pejabat senior Hamas, menilai bahwa rencana Netanyahu tidak dapat dilaksanakan. Menurut Hamdan, ide-ide yang disampaikan Netanyahu untuk Jalur Gaza setelah perang adalah ide yang sepenuhnya tidak berhasil dilaksanakan.
Penolakan keras AS dan Hamas terhadap rencana Israel muncul setelah Israel mengusulkan rencana pasca-perang di Gaza, yang memberikan Israel “kebebasan tanpa batas” untuk beroperasi di wilayah tersebut guna mencegah aktivitas teror. Netanyahu juga merencanakan urusan sipil di Gaza setelah perang akan dijalankan oleh pejabat Palestina yang tidak memiliki hubungan dengan Hamas.
Israel melancarkan agresi ke Gaza sejak 7 Oktober, menyatakan perang melawan Hamas. Selama agresi, pasukan Israel menghancurkan banyak rumah warga dan objek sipil, termasuk rumah sakit dan kamp pengungsian. Lebih dari 29.000 jiwa telah meninggal dan ratusan ribu rumah warga hancur akibat serangan Israel.