Senja News – Lina, salah seorang pedagang warteg di kawasan Pangeran Jayakarta, Bekasi, pada hari Kamis (22/2/2024), mengungkapkan bahwa mereka merasa bingung dalam menentukan harga jual, mengingat kemungkinan kenaikan harga dapat membuat barang dagangan mereka kurang diminati oleh pembeli.
“Situasinya memang cukup membingungkan karena jika kami menaikkan harga, khawatirnya akan menjadi terlalu mahal dan mungkin berdampak pada penurunan jumlah pembeli,” ujar Lina.
Untuk mengatasi situasi tersebut, Lina memutuskan untuk mengurangi porsi nasi yang disajikan kepada para pembeli. Namun, hingga saat ini, dia belum melakukan penyesuaian harga terhadap menu-menu yang ditawarkan.
“Kami masih mempertahankan harga seperti biasa, hanya saja kami mengurangi sedikit porsi nasi yang disajikan,” tambahnya.
Lina mengakui bahwa dia tidak mengetahui secara pasti penyebab kenaikan harga beras yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Namun, dia berharap agar pemerintah setempat dan pusat segera mengambil tindakan untuk menangani masalah kenaikan harga tersebut, serta harga-harga bahan pokok lainnya.
“Kami berharap agar harga beras dapat turun kembali, sehingga kami tidak mengalami kesulitan dan kebingungan dalam menjalankan usaha,” keluhnya.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Winarsih, seorang pedagang warteg lainnya. Dia menyatakan bahwa penurunan jumlah pembeli telah terjadi.
“Sejauh ini, kami memang mengalami penurunan pembeli karena harga bahan baku naik, seperti harga sayur dan cabai. Kami merasakan dampaknya dengan penurunan omzet penjualan,” ungkap Winarsih.
Dia juga menyoroti kenaikan harga beras yang terjadi bersamaan dengan periode menjelang Pemilu 2024 yang baru-baru ini berlangsung.
“Kami berharap agar harga kebutuhan pokok dapat turun, termasuk harga sayuran, sehingga proses penjualan menjadi lebih lancar. Kenaikan harga beras memang terjadi menjelang pemilu, sudah lama harga beras naik, dan ini menjadi lebih sulit lagi ketika mendekati bulan puasa karena harganya semakin tinggi,” tutup Winarsih.