Senja News – Israel meningkatkan serangan udara di Rafah, selatan Gaza, yang mengakibatkan sejumlah korban jiwa, menurut laporan warga setempat. Kementerian Kesehatan di wilayah Palestina melaporkan sebanyak 29.313 orang tewas dalam konflik ini.
Benny Gantz, anggota kabinet perang Israel, menggambarkan “tanda-tanda awal kemajuan yang menjanjikan” dalam kesepakatan baru untuk membebaskan sandera yang dipegang oleh militan Hamas di Gaza. Pembicaraan tersebut melibatkan Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar.
Tentara Israel (IDF) menyatakan intensifikasi operasi di Khan Younis, sebuah kota di utara Rafah, tanpa menyebutkan serangan terhadap Rafah. Sekitar 1,5 juta orang di Rafah, sebagian besar di antaranya telah meninggalkan rumah mereka, berjuang untuk mendapatkan keamanan di tengah eskalasi konflik.
Aliran bantuan dari Mesir ke Gaza menurun, sementara keamanan yang hancur menyulitkan distribusi makanan. Israel, meskipun mendapat penolakan internasional, termasuk dari Amerika Serikat, sedang mempersiapkan serangan darat di Rafah.
Warga melaporkan serangan udara dan ledakan di Rafah, termasuk tembakan dari kapal angkatan laut. Sebuah video Reuters menunjukkan dampak serangan di rumah keluarga Al-Noor, dengan lebih dari selusin jenazah dan kerabat yang berduka di rumah sakit Rafah.
Abdulrahman Juma kehilangan istrinya, putrinya yang berusia satu tahun, dan keluarga lainnya dalam serangan itu. Israel menuduh Hamas menggunakan bangunan sipil sebagai perisai, sementara penduduk setempat dan Hamas membantahnya. Tank Israel juga dilaporkan bergerak ke beberapa wilayah sebelum mundur, memutus akses ke sebagian Jalur Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 69.000 terluka dan 29.000 tewas sejak dimulainya konflik.