Senja News – Kelompok Hizbullah mengklaim telah meluncurkan “puluhan roket” ke wilayah Kiryat Shmona di bagian utara Israel. Serangkaian serangan roket ini menjadi pembalasan Hizbullah atas kematian 10 warga sipil dalam dua serangan yang dilakukan oleh Israel di wilayah selatan Lebanon.
Dilansir oleh Reuters dan Al Arabiya pada Jumat (16/2/2024), Hizbullah, kelompok yang didukung oleh Iran di Lebanon, mengumumkan bahwa mereka telah menyerang wilayah Kiryat Shmona dengan puluhan roket sebagai “respons awal” terhadap tewasnya 10 warga sipil dalam dua serangan Israel di Nabatieh dan Sawana.
Serangan terhadap wilayah perkotaan yang jauh dari perbatasan, seperti Nabatieh, tergolong jarang terjadi. Laporan dari petugas medis dan polisi Israel menyebutkan bahwa beberapa roket menghantam area Kiryat Shmona pada Kamis (15/2) waktu setempat, menyebabkan kerusakan. Meskipun begitu, belum ada laporan korban jiwa akibat serangan tersebut.
Militer Israel sebelumnya melaporkan bahwa serangan udara mereka menewaskan seorang komandan unit elite Radwan dan sejumlah anggota Hizbullah lainnya dalam serangan yang dianggap “tepat sasaran” di Nabatieh pada Rabu (14/2) waktu setempat, tanpa menyebut korban sipil.
Hizbullah menyebut bahwa tiga anggotanya tewas dalam serangan pada Rabu (14/2) dan mengonfirmasi bahwa Ali al-Debs, seorang komandan unit elite Radwan, termasuk di antara yang tewas.
Sumber di Lebanon menambahkan bahwa setidaknya tujuh warga sipil tewas dalam serangan di Nabatieh pada Rabu (14/2) malam, ketika serangan Israel yang jarang terjadi di kota tersebut menghantam sebuah gedung bertingkat. Korban tewas melibatkan tiga anak-anak dan berasal dari satu keluarga besar.
Kematian di Nabatieh ini menyusul kematian seorang wanita dan dua anak dalam serangan terpisah di desa al-Sawana, yang terletak di perbatasan Lebanon-Israel. Sehingga, total ada lima anak-anak yang tewas akibat rentetan serangan di Lebanon.
Pejabat senior Hizbullah menegaskan kepada Reuters bahwa Israel akan “membayar” atas serangan-serangan fatal di wilayah Lebanon yang disebutnya sebagai “kejahatan”.
“Mereka akan menanggung konsekuensi dari kejahatan ini. Gerakan perlawanan akan terus menggunakan hak sahnya untuk membela rakyatnya,” tegas politisi Hizbullah, Hassan Fadlallah, kepada Reuters.
“Illegalitas seperti ini tidak akan memungkinkan pasukan pendudukan (Israel) memberikan keamanan bagi para pemukim di wilayah utara atau menekan Lebanon agar menerima persyaratannya. Satu-satunya pilihan yang tersedia adalah menghentikan pembantaian di Gaza,” cetusnya.
Konflik lintas perbatasan yang meningkat antara pasukan Israel dan Hizbullah sejak perang di Jalur Gaza dilaporkan telah menelan korban lebih dari 200 orang di Lebanon, termasuk sekitar 170 anggota Hizbullah. Sementara itu, selusin tentara Israel dan lima warga sipil Israel juga dilaporkan tewas akibat serangan dari Lebanon.