Senja News – Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan balasan di Irak dan Suriah pada Jumat tengah malam atau Sabtu dini hari sebagai tanggapan terhadap serangan drone sebelumnya terhadap pangkalan Amerika di Yordania.
Meskipun serangan itu bertujuan pada Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dan kelompok milisi pro-Teheran, Pentagon mengakui bahwa tidak ada satu pun pasukan Iran atau milisi yang terbunuh dalam serangan tersebut.
Komando Pusat (CENTCOM) AS menyatakan bahwa serangan tersebut menargetkan lebih dari 85 sasaran, melibatkan banyak pesawat termasuk pengebom jarak jauh yang diterbangkan dari Amerika Serikat. Serangan udara ini menggunakan lebih dari 125 amunisi presisi.
Meskipun laporan awal dari media Amerika menyebut sekitar 40 orang tewas dalam serangan ini, juru bicara Pentagon, Mayor Jenderal Pat Ryder, menyatakan bahwa AS tidak mengetahui adanya warga Iran yang tewas dalam serangan tersebut.
Ryder menjelaskan bahwa AS sedang mengejar “teroris” yang memiliki kaitan dengan IRGC Iran, bukan pejuang yang merupakan bagian dari Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) Irak. PMF sendiri adalah bagian dari pasukan keamanan Irak.
Dalam konferensi pers, Ryder menegaskan bahwa AS sangat fokus pada kelompok proksi yang didukung Iran dan bukan PMF ketika melancarkan serangan ini.
Penting untuk dicatat bahwa serangan-serangan ini terjadi dalam konteks eskalasi ketegangan di kawasan tersebut, dan situasinya terus berkembang.