Daftar isi
Jakarta, Senja News – Muntahan awan panas dari Gunung Merapi masih belum usai, terjauhnya bisa sampai memasuki fase erupsi. Awan panas terus terjadi hingga Kamis Maret 2022 dini hari sejak erupsi bulan November 2022.
Badan Penyelidikan serta pengembangan dari Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) wilayah Yogyakarta mengatakan sudah sejak dini hari terjadi hujan awan panas. Kondisi ini membuat beberapa destinasi wisata terdekat harus segera ditutup.
Kondisi ini juga membuat masyarakat serta wisatawan yang sedang berkunjung ke Yogyakarta dan sekitarnya perlu mengantisipasi akan terjadinya hujan abu. Aktivitas gunung merapi terus meningkat sejak Rabu 9 Maret kemarin.
Selain potensi hujan abu vulkanik, masyarakat dan para wisatawan juga perlu waspada akan terjadinya lahar. Kondisi lahar tersebut akan semakin berbahaya ketika kawasan sekitar Gunung Merapi diguyur hujan cukup deras.
Wisatawan dan Masyarakat Harus Waspadai Hujan Abu
Sebanyak 193 jiwa sempat diamankan ke posko pengungsian karena awan bersuhu panas terus menerus terjadi. Makwan kepala pelaksana tugas BPDP setempat mengatakan bahwa para pengungsi dialihkan ke balai kelurahan Glagaharjo.
Masyarakat yang diungsikan sendiri terdiri dari 114 orang dewasa, 40 lanjut usia, dan satu ibu hamil. Namun, saat ini kondisi sudah mulai melandai sehingga pengungsi sudah bisa kembali ke rumah masing-masing.
Meskipun begitu, masyarakat tetap harus waspada dan mengantisipasi akan kemunculan awan bersuhu panas kembali. Selain itu, luncuran awan bersuhu panas sempat terjadi hingga sejauh lima kilometer pada pukul 11-12 malam.
Pasca terjadinya wedus gembel atau awan panas tersebut menyebabkan gempa-gempa guguran. Pada Kamis dini hari, kawasan sekitar Gunung merapi juga sempat di guyur hujan ringan.
Para wisatawan yang sedang berkunjung dan berada di sekitar kawasan gunung merapi diharapkan untuk segera turun. Terutama wisatawan yang sedang berada di wilayah tenggara gunung.
Luncuran wedus gembel terjauh yakni hingga lima kilometer kemarin membuat kawasan berubah menjadi status siaga. Beberapa destinasi berujung mengalami penutupan hingga waktu yang tidak bisa ditentukan.
Selain menghentikan beberapa aktivitas di destinasi wisata, pemerintah Kabupaten sleman melarang para penambang pasir untuk mendekati sungai. Terutama sungai berhulu Merapi, hal tersebut dikarenakan kekhawatiran adanya lahar di sungainya.
Kawasan wisata di sekitaran Kaliurang yang berjarak 6.8 km dari puncak Gunung harus segera ditutup. Ini dilakukan dengan tujuan mengantisipasi terjadinya gempa, awan bersuhu panas, lahar, dan lain sebagainya.
Dampak Awan Panas Merapi Bagi Kawasan Sekitar
Sejak merapi berubah status siaga pada bulan November lalu, banyak kemunculan awan bersuhu tinggi atau yang disebut sebagai wedus gembel. Tidak hanya itu, banyak tujuan wisata tutup.
Meskipun sudah mulai membaik, kondisi pasca tersebut tetap menimbulkan dampak terhadap beberapa daerah di sekitarnya. Misalnya saja seperti pada dua desa di magelang yang diselimuti oleh abu.
Potensi bahaya juga masih mungkin terjadi di mana guguran larva akan bergerak ke sektor selatan-barat sejauh 5 km. Larva mengarah ke aliran sungai boyong dan juga bedog, krasak, dan bebeng.
Beberapa destinasi wisata di wilayah kaliurang km atas belum diperbolehkan untuk beroperasi menerima wisatawan. Sedangkan pada km bawah, beberapa sudah mulai beroperasi dan menerima wisatawan.
Selain itu, mobil jeep yang biasanya membawa wisatawan ke bunker merapi juga dilarang untuk beroperasi. Hal ini dilakukan demi mengantisipasi berbagai bencana yang mungkin saja terjadi di sana.
Status aktivitas merapi masih akan selalu ditinjau oleh berbagai pihak terutama badan bencana daerah setempat. Apalagi jogja menjadi daerah yang ramai wisatawan agar tetap aman.
Baca juga : Buang Sampah di Gunung Bisa Denda Sampai Blacklist